Dear, sejak
usia berapa kalian pake jilbab? Atau ada diantara kalian yang sudah masuk usia
baligh (remaja) tapi sampai sekarang belum berjilbab?
Alhamdulillah,
saya sudah berjilbab sejak masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dari kecil
usia TK dan SD sudah pakai jilbab sih, tapi cuma dua jam saja sehari alias saat
berangkat mengaji di madrasah hihihi. Ceritanya nih, karena saya sekolah di
sekolah negeri, saat mendaftar ulang dan mengisi formulir, ada pilihan tentang
seragam untuk siswa perempuan, yaitu berjilbab atau tidak berjilbab. Saat itu,
saya tidak langsung selesai mengisi formulir, salah satunya yaitu karena
bingung mengisi satu pertanyaan tersebut. Saya harus pulang dulu ke rumah dan
bertanya pada ayah tentang pilihan model seragam mana yang harus saya pilih.
Saat itu, tanpa berpikir panjang, ayah menjawab,”pilih yang berjilbab!”
Saya pun tidak
langsung menerima jawaban ayah. Saya perlu bertanya mengapa saya harus
berjilbab kepada ayah sebab sebagian besar teman tidak melingkari pilihan
berjilbab pada formulir.
“Biar kamu
nggak bandel. Biar jadi anak perempuan yang bener.” Jawab ayah dengan lembut.
Saya sempat
nyengir. Jujur, saat itu saya kebingungan dengan jawaban ayah. Saat kecil saya
memang begitu hiperaktif dan jauh dari kesan-kesan perempuan yang lembut. Saya
suka manjat pohon, lari-lari dan main di lapangan mulai main layang-layang
sampai sepakbola bareng teman-teman laki-laki, dan yang paling “nggak perempuan
banget” adalah volume suara saya yang begitu keras dan cenderung kasar (kalau
ini bawaan ras pantura hihi). Walaupun hingga sekarang, nyatanya mungkin saya
juga masih jauh dari indikator “perempuan bener” yang diharapkan ayah, Ups!
Iya, volume suara saya tetap keras ketika berbicara di depan kelas atau depan
orang banyak, saya masih banyak polah dan juga tetap lari-lari karena memang
lari adalah olahraga yang paling saya sukai.
Setelah mendapat
jawaban dari ayah, saya tidak lagi membantah. Dengan penuh rasa bingung di hati,
saya lingkari saja pilihan seragam berjilbab. Mulai sejak itu, jadilah saya resmi
menjadi seorang jilbaber. Iya, dahulu saya berjilbab hanya karena perintah
ayah. Perintah ayah yang hingga sekarang selalu saya syukuri. Kenapa?
OK, Sebelum
menjawabnya, saya akan ceritakan dulu tentang apa itu jilbab dan mengapa
muslimah harus berjilbab agar kalian lebih ikhlas berjilbab semata-mata karena
Allah, dan tidak semata karena perintah orangtua, ya!
Perintah Jilbab
Jilbab atau hijab secara bahasa berasal dari kata jalaba yang berarti menghimpun atau menutup. Sesuai namanya,
kemudian model penutup kepala ini dipakai oleh perempuan di negeri-negeri
berpenduduk muslim dengan berbagai model dan nama yang berbeda-beda.
Di Indonesia
disebut jilbab atau kerudung, di Iran
disebut chador, di India dan Pakistan
disebut pardeh, di Libya disebut milayat, di Irak disebut abaya, di Turki disebut charsaf, dan tudung adalah sebutan di Malaysia. Di Negara-negara Arab-Afrika
disebut hijab.
Perintah berjilbab
bagi muslimah secara langsung disebut Allah dalam Al Qur’an, antara lain QS Al
Ahzab : 59 dan QS An Nur :31.
~ QS Al Ahzab : 59
Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin : “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
~ QS An Nur : 31
Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat
pandangan mereka (dari pandangan yang haram) dan memelihara kehormatan mereka
dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang biasa
nampak daripadanya dan hendaklah mereka menutupkan kain ke dadanya dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka atau putera-putera saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan
laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita). atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita.
Ayat tentang
jilbab itu turun sebab istri nabi Aisyah RA difitnah telah berbuat hal yang
tidak sepatutnya sehingga menyebabkan harga dirinya sebagai wanita direndahkan.
Nah, sejak ayat itu turun maka perintah berjilbab menjadi wajib bagi muslimah.
Jika berbicara konteks zaman yang ada, maka jawabannya pun akan sesuai kok.
Kita memakai berjilbab agar tidak mudah dikenali, maksudnya diri kita akan
terjaga dari hal-hal yang tidak sepatutnya menimpa wanita. Selain itu, jilbab
juga akan membantu lawan jenis dalam menahan pandangan dan akhirnya lebih menghormati
kita karena kita pun telah member kehormatan pada diri kita terlebih dahulu.
Bener nggak? Iya dong?
Kalau ada
perbedaan, buat saya, sederhana aja dalam menanggapi pro-kontra tentang jilbab.
Buat muslimah yang sudah baligh, jilbab itu ya setara dengan perintah sholat,
atau perintah berpuasa di bulan ramadhan : hukumnya wajib. Nah, tentang bentuk
atau panjang pendeknya nih yang sering jadi perdebatan. Ada yang nanya gimana
tentang model jilbab yang bener atau busana yang bener buat muslimah. Emang
yang gimana sih, guys?
Menurut saya
nih, kalau sudah meniatkan diri pake jilbab, kalau bisa ya…jangan cuek-cuek
banget. Mesti diatur dulu niatnya agar nggak gampang goyah di tengah jalan.
Sebelum pake jilbab, kita tanya dulu ke dalam hati kita : “pake jilbab buat
siapa sih?”
Kalau
jawabannya adalah dalam rangka ibadah, untuk jadi muslimah keren yang taat sama
Allah, berarti harus berarti komitmen pake aturan Allah dong ya?
Nih saya kasih bekel pake jilbab
yang wajib dijaga bener sama muslimah :
- Nggak tipis atau jangan sampai tembus pandang
Niatnya kan
menutupi, jadi jangan sampai keliatan mana-mana yang kita sembunyikan. Hoho!
- Menutupi dada
Yang ini wajib
nggak pake nawar ya…Harus pokoknya!
- Tidak ketat atau membentuk tubuh.
Jangan sampai
udah berjilbab tapi ternyata pakaian yang dipakai malah lebih menantang dari
muslimah yang belum berjilbab ya, Dear. Sayang nanti pahalanya kabur lagi. Ingat,
tujuannya agar kita “tidak dikenali”. Nah kalo pakaiannya ketat atau membentuk
tubuh, so pasti akan jadi pusat perhatian kan? Jadi, diperhatikan ya…kita
menutup, bukan membungkus.
Remember : Syari’at Comes First
Aduh! Saya tuh
sering banget denger keluhan orang-orang yang ngomongin muslimah berjilbab.
“Jilbaber
bau badan!”
“Jilbaber
bajunya nggak match, warnanya ngejreng dan nyolok mata!”
“Jilbaber
bajunya kegedean, nggak modis!”
Dan
serentetan protes-protes lain yang kadang bikin saya sedih. Sayangnya,
keluhan-keluhan mereka itu memang bener-bener sering kejadian. Harusnya, kita
yang berjilbab bisa lebih mengatasi hal itu.
Keindahan
adalah identitas yang “muslimah banget”. Allah pun suka yang indah-indah, tapi ternyata
nggak suka sama yang kecentilan loh! Hehehe… Jadi, buat para jilbaber, indah
itu wajib, tapi niatnya bukan untuk tabarruj
(alias sok centil dan menggoda).
Buat yang
berbadan besar, kalau bisa nggak cuma sekadar mikirin model yang dipake, tapi
bisa disiasati dengan warna juga lho! Kalau yang berbadan ramping mah nggak
masalah ya, tinggal fokus ke model aja biasanya. Ingat juga, urusan make up
kalau misalnya pengen coba-cona juga nggak boleh tebel-tebel ya Dear…yang
tipis-tipis aja sekedar biar kelihatan seger dan nggak bikin orang ilfil sama
kita karena wajahnya nampak lesu gitu. Jadi karena nggak bisa maen-maen sama
make up, jadilah kita hanya boleh bermain-main di seputar model dan warna di
busana dan jilbab yang kita kenakan saja. Warna-warna cerah akan memberi kesan
lebih segar dan muda, tentu saja juga akan lebih gampang dipadupadankan.
Warna-warna gelap cenderung terkesan tua (klasik), resmi dan kurang variatif.
Eh, yang ini opini pribadi sih…Hihihi…
Padu padanin
apa yang kita pakai jelas boleh dong…Siapa tahu dengan semakin diterima
masyarakat dan terlihat nyaman dipakainya, jilbab yang kita pakai jadi ajang
dakwah juga buat kita secara nggak langsung. Wah, nggak Cuma jadi amal pribadi,
tapi juga jadi berbuah pahala yang dobel-dobel deh!
Satu lagi,
jangan pake sesuatu yang justru membuat kamu nggak nyaman. Misalnya ngikutin
tutorial berjilbab ala model catwalk, padahal kamu Cuma mau pergi ke kampus
atau ke tempat les. Ujung-ujungnya kamu ribet sendiri pas kain jilbabnya
geser-geser. Atau pake model cardi atau gaun yang ribet, yang bikin kamu nggak
pede pakenya. Niatnya pengen cantik, tapi ujung-ujungnya malah jadi cemberut
dan bĂȘte nggak karuan karena nggak nyaman. Nggak asik banget, kan, Dear?
Satu lagi nih
yang penting, nggak ada ceritanya kita berdamai dengan pendapat umum tapi
menafikkan aturan syar’i. Jadi kalau misalnya di masyarakat lagi ngetren busana
jilbab tapi kainnya terlalu jatuh dan membentuk tubuh (astaghfirullah…) kita
nggak boleh ikut-ikutan. Yang bisa kita lakukan adalah harus tetep syar’I sambil
tetap berjuang sebisa mungkin agar diterima sama masyarakat. Semua pasti ada
caranya. Kalau untuk kebaikan, kita percaya dengan izin Allah, Allah pasti akan
memudahkan…
Jangan lupa,
jilbabers juga boleh banget kok lihat-lihat bagian mode majalah biar kita bisa
dapet referensi model dan warna busana yang kira-kira cocok dan pas buat kita.
Saya malah hobi nyari model-model terbaru terus beli kain sejenis dan dibawa ke
tukang jahit biar bisa bikin model elegan dengan harga yang lebih murah.
Namanya juga cewek, maunya berhemat!
Biar tetep
istiqomah dan makin keren jadi muslimah jilbabnya, saya ada beberapa tips nih :
- Tetep bikin jadwal mengaji
Kadang ada
yang takut pake jilbab dengan alasan belum siap atau wawasan keislamannya masih
kurang. Nah loh! Sebenernya ini kan nggak ada hubungannya. Yang pake jilbab
juga bakal kurang wawasan keislamannya kalo dia berhenti dateng ke kajian. Kain
jilbab doang nggak bisa bikin tiba-tiba kita jadi alim atau tambah takwa sama
Allah. Ia hanya selembar kain ringan agar kita lebih terjaga. Artinya, jadwal
mengaji itu penting banget buat muslimah berjilbab agar ilmu keislamannya terus
bertambah dan akhirnya jadi muslimah yang santun dan keren deh tjoy!
- Tambah gabung ke komunitas keislaman (Rohis, LDK, Kajian Islam Kontemporer dan lain-lain)
Biasanya,
berada dalam orang-orang yang satu visi akan menambah keyakinan dan semangat
kita. Kalo gabung sama temen-temen yang visinya ke surga, insyaAllah kita bakal
semangat juga menggapai surganya Allah. Di komunitas keislaman itu, kita akan
dapet pengalaman atau banyak kesempatan untuk mempraktekkan ilmu-ilmu yang kita
dapet teorinya dari kajian. Nah, lengkap deh bekel jadi muslimah!
- Jadi Kamu yang Kayak Biasanya Aja
Walaupun udah
berjilbab, bukan berarti kamu jadi malaikat. Nggak ada seorangpun yang paham
dalamnya hati seseorang. Nggak ada seorangpun di dunia ini yang berhak menilai
kualitas keimanan seseorang pada Allah selain Allah sendiri. Jadi, jangan
ngerasa paling bener kalau kita udah pake jilbab. Udah sepakat kan kalau kita
pake jilbab karena wajib? Jadi, urusan-urusan lain ya tetep sama. Sebagai
hambanya Allah yang biasa aja, kita harus tetep berkawan sama siapa saja, harus
tetep menolong orang siapapun itu yang membutuhkan pertolongan, dan nggak harus
menutup diri cuma agar dilihat “beda”. Berjilbab boleh jadi apa aja yang kamu
cita-citakan, loh! Asal cita-citanya nggak bikin kamu menanggalkan jilbab yang hukumnya
wajib….
Finally, Kokohkan dan selalu perbaiki niat ya, Dear Jangan tergoda sama
temen-temen yang make jilbab tapi pake kaos ketat atau pake celana ketat yang
jadinya kaya bungkusan lontong atau lepet hihi…Apalagi yang punggungnya atau
perutnya masih kemana-mana padahal kepalanya dijilbabin, naudzubillah…
Kita harus selalu bertanya dan bertanya kembali : untuk ego dirikah?
Biar keliatan alim kah? Ngikutin tren kah? Menutupi kekurangan fisik? Atau
memang seratus persen murni karena Allah? Semoga kita termasuk yang golongan
terakhir dan selalu terjaga sampai kapanpun ya, Dear! Aamiin insyaAllah..
Renyah sekali Kakaaaak.. :D
BalasHapusHahahaaa Bastiaaan makasiiiih x)))) udah gahol ala remaja gitu belum?
BalasHapuskerudungku masih sering kuikat ke belakang...
BalasHapus