bloggers, saya copas ini dari blognya Kak Assad ya (@MuhammadAssad), yah, he inspires me a lot. sebelumnya saya juga pernah share di website saya yang lain : mardiasih.tumblr.com, kalo mau lebih banyak belajar dari Kak Assad, kalian bisa mampir ke muhammadassad.wordpress.com, banyak cerita hidup yang layak untuk diteladani dari tulisan- tulisan beliau. Dan pengumuman, sekilas aja, beliau sekarang lagi S2 di Qatar , majoring Islamic Finance dan MASIH SINGLE :D
Hello #NFQ-ers atau mungkin lebih enak disapa sobat #NFQ! Hahaha.. serasa punya fans club. Doha pagi ini terlihat cerah, dan cuaca terasa dingin-dingin empuk, karena dalam masa transisi menuju winter atau musim dingin. Pagi hari ini saya akan berbagi cerita yang sangat menarik, yang mungkin teman-teman sudah bisa menebak dari judulnya. Yes, saya akan berbagi cerita tentang pengalaman saya yang bisa mendapatkan kesempatan ngobrol lama sampai 3 jam dengan seorang tokoh, yang juga sudah saya anggap sebagai guru serta mentor saya, yaitu Dr. Alwi Shihab.
.
Udah pada tau kan siapa beliau? Pak Alwi, begitu biasa saya menyapanya, adalah seorang intelektual muslim, mantan menteri luar negeri (masa Presiden Gus Dur), dan juga mantan menteri koordinator kesejahteraan rakyat (masa Presiden SBY). Sekarang ini beliau dipercaya sebagai utusan khusus presiden untuk kawasan Timur Tengah dan juga aktif sebagai seorang entrepreneur. Kalau dilihat dari perjalanan karir dan pengalaman hidupnya, tentunya banyak sekali ilmu yang bisa “dicuri” dari beliau.
.
Alhamdulillah sekitar minggu lalu, beliau datang ke Doha. Kedatangannya sebetulnya karena diundang untuk hadir sebagai guest of honour (tamu kehormatan) untuk berbicara dalam acara Islamic Finance Conference tanggal 10 Oktober di Doha. Beberapa hari sebelum kedatangan, kami memang sudah berkomunikasi via email dan beliau bilang akan tiba di Doha tanggal 8 Oktober 2011. Setibanya di Doha, Pak Alwi langsung kontak saya, “Assad, saya sudah di Hotel Sheraton kamar 827. Datang ya kita ngobrol-ngobrol.” Saya pun langsung menjawab, “Siaappp Pak!”
.
Segera saya mandi dan langsung meluncur menuju Hotel Sheraton, dan mengajak kawan baik serta partner bisnis saya Mas Kamal. Sesampainya di hotel sekitar jam 6 kurang, karena sudah maghrib, akhirnya kita shalat dulu. Setelah selesai, saya langsung menelpon kamar Pak Alwi dan menunggu beliau turun ke lobby. Pak Alwi pun turun, dengan pakaian batik (samaan kita Pak hehe..) lalu menyapa saya dan mas Kamal dengan ramah. “Halo, apakabar? Sehat?”
.
Pertemuan ini adalah yang ketiga kalinya saya bertemu Pak Alwi di Doha. Pertemuan pertama di KBRI Doha pada tahun 2009 dan yang kedua di Hotel Four Season Doha pada tahun 2010. Tapi kedua pertemuan itu cuma sekedar menyapa dan ngobrol ringan, dan tidak ada waktu banyak untuk bisa ngobrol panjang lebar dan berdiskusi. Alhamdulillah pada sekarang ini saya bisa bertemu dalam suasana yang santai, cair dan bersahabat.
.
Ada banyak hal yang saya bicarakan dengan Pak Alwi, dan setiap topik ada informasi dan ilmu pengetahuan baru yang didapat. Penasaran apa saja? Here we goo!
.
Ngobrol Part 1: Life in Qatar
Setelah duduk di lobby dan terlihat posisinya udah enak alias pewe, saya memberikan beliau buku @NotesFromQatar, sebagai ucapan terima kasih juga, karena beliau salah satu orang yang memberikan testimoni di buku tersebut. Lalu Pak Alwi nanya, “Gimana penjualan buku ini?” Saya jawab, “Alhamdulillah sudah national bestseller di Indonesia Pak, naik cetakan ke-7.”
.
Pak Alwi pun memberikan ucapan selamat dan terlihat senang saat menerima buku @NotesFromQatar. Setelah itu obrolan dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan ringan tentang kehidupan di Qatar, seperti kapan saya lulus kuliah, pergi kemana kalau weekend, mana tempat-tempat baru di Doha yang menarik dikunjungi, dan nanya juga saya sudah nikah apa blum hehehe…
.
Ngobrol Part 2: Hukum Qishash
Pembicaraan lalu makin menarik saat ngobrol tentang serba serbi dan lika-liku dunia arab, terutama yang berhubungan dengan para TKI dan TKW. Seperti yang kita ketahui bersama, akhir-akhir ini pemberitaan tentang hal ini lagi heboh-hebohnya, karena salah satu TKW kita baru saja dihukum pancung di Arab Saudi. Perasaan kita semakin berkecamuk saat mengetahui bahwa salah satu universitas top di negeri ini malah memberikan gelar Doctor Honoris Causa kepada Raja Arab Saudi. Sontak seluruh rakyat Indonesia marah karena merasa sang raja sendiri tidak membela para TKW kita di sana. Saya pun saat itu sangat kesal.
.
Tapi ternyata, banyak hal yang sebetulnya tidak kita ketahui, dan saya pun baru tahu saat bertemu dengan Pak Alwi. Beliau menjelaskan, banyak orang yang tidak mengerti tentang hukum di Arab Saudi, terutama mengenai hukum qishash. Selama ini, kata beliau, kita selalu menyalahkan Arab Saudi, dalam hal ini pemerintah, yang seolah-olah tidak berbuat apa-apa dan membiarkan masyarakat kita terbunuh di sana.
.
Saat ada seseorang yang membunuh, maka hukuman yang berlaku di Arab Saudi adalah hukum Islam yaitu qishash, yaitu harus dibalas setimpal dengan perbuatan yang dilakukan, dalam hal ini sang pembunuh harus dibunuh juga. Hal ini sudah tertera di dalam Al-Qur’an, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu menjalankan hukum qishash pada orang-orang yang terbunuh..” (QS. Al-Baqarah [2]: 178).
.
Nah, di sini poin yang mungkin banyak dari kita tidak tahu. Dalam hal menjalankan hukuman ini, seorang Raja sekalipun, TIDAK MEMPUNYAI HAK / WEWENANG sedikitpun untuk membatalkan hukuman ini. Karena itu adalah HAK bagi keluarga yang terbunuh. Raja hanya bisa menghimbau agar sang keluarga yang terbunuh memaafkan sang pembunuh. Namun jika keluarganya tidak memaafkan dan tetap menuntut hukuman qishash, maka seorang raja pun tidak bisa membatalkannya. Inilah bentuk keadilan dalam Islam.
.
Bahkan justru Raja, dalam hal ini pemerintah, telah berusaha agar setiap hukuman qishash tidak jadi berlaku. Dari mulai membuat proses persidangan yang sengaja diperlama dan memakan waktu bertahun-tahun. Pak Alwi menjelaskan, untuk sampai kepada putusan hukum mati, seorang terdakwa harus melewati 3 kali persidangan, dan jika di salah satu persidangan ada salah satu dari 5 hakim yang tidak setuju, maka hukuman qishash dibatalkan. See, betapa panjang dan berlikunya bukan?
.
Selain itu, pemerintah arab Saudi juga telah membuat suatu lembaga konseling bernama Lajna, yang bertugas melobi keluarga terbunuh agar memaafkan. Lajna ini juga tugasnya untuk mencari dana dalam jumlah besar dari para syeikh-syeikh di Arab yang nanti uangnya dipakai sebagai diyat atau penebus yang akan diberikan kepada keluarga terbunuh jika memaafkan. Diyat adalah denda pengganti jiwa (biasanya dalam bentuk materi) kepada keluarga yang dibunuh untuk menggantikan hukum qishash. Diyat dapat diberikan dengan catatan keluarga yang dibunuh memaafkan.
.
Karena dalam Islam pun sudah dijelaskan mengenai hal ini. “Dan diyat wajib diserahkan kepada keluarga (yang dibunuh), kecuali jika mereka (keluarga itu), menyedekahkan (diyat tersebut)..” (QS. An-Nisa [4]: 92)
.
Jadi dalam Islam, hukum qishash bukanlah suatu kewajiban, karena tergantung kepada keluarga korban, apakah memaafkan atau tidak. Saat kelarga korban tidak memaafkan, maka hkum qishash harus dilaksanakan. Namun jika mereka memaafkan, maka pihak pembunuh harus menyerahkan diyat. Namun ada juga beberapa kasus dimana sang keluarga yang dibunuh tidak ingin mengambil diyat tersebut dan malah menyedekahkannya, karena mungkin iman yang kuat dan dia juga mengharapkan ampunan dari Allah Swt.
.
” Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahawa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nur [24]: 22)
.
Bagi orang-orang seperti ini, maka Allah Swt telah menyiapkan pahala yang sangat besar. Seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya, “..Dan barangsiapa yang melepaskan hak qishash-nya, maka itu akan menjadi penebus dosa baginya.” (QS. Al-Maidah [5]: 45)
.
Mungkin ada yang menganggap bahwa hukum qishash itu kejam. Namun ternyata tersimpan hikmah yang sangat besar, yaitu terjaminnya kelangsungan hidup di dunia yang aman dan damai. Seperti dalam Al-Quran, “Dan dalam hukum qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 179)
.
Jadi orang yang akan membunuh atau berbuat jahat lainnya, akan berpikir 1000 kali sebelum melaksanakan kejahatannya. Saya aja denger kata qishash udah merinding hehe.. dan ternyata ini memang benar, saya melakukan sedikit research, dan menurut data, tingkat kriminalitas atau kejahatan terendah di dunia adalah di Negara Arab Saudi dan tertinggi di Amerika Serikat. Subhanallah, memang ternyata hukum buatan Allah Swt adalah yang terbaik.
“…Dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah: 50)
.
Topik 3: Kondisi Indonesia Terkini
Setelah ngobrol tentang masalah luar negeri, lalu kami kembali ke topik dalam negeri. Dari mulai masalah politik yang sedang panas-panasnya, isu reshuffle cabinet, hingga masalah investasi dan ekonomi juga kita bicarakan. Tentang siapa calon presiden di 2014 pun jadi bahan obrolan. Well, untuk masalah politik tidak banyak yang bisa saya kemukakan di sini, karena banyak hal yang off the record alias rahasia hehehe..
.
Baiklah kita beralih ke topik ekonomi dan keuangan saja. Karena saya belajar Islamic Finance, saya tanya ke beliau, “Kenapa pertumbuhan Islamic Finance (ekonomi syariah) di Indonesia masih belum berkembang dengan baik dan banyak investor yang malah lari ke negara tetangga?” Lalu Pak Alwi menjawab, “Investor itu sebetulnya banyak yang mau datang ke Indonesia, cuma sistem kita yang banyak belum bersahabat dengan para investor. Selain itu, mental dan para pejabat kita juga masih banyak yang harus dibenerin.”
.
Kemudian beliau mencontohkan tentang system double taxation atau pajak dobel yang dikenakan untuk investor. Jadi saat uang investor masuk ke dalam pasar dalam negeri, itu dikenakan pajak. Nanti waktu mau buat perusahaan lagi, dikenakan pajak juga. Ya mana ada investor yang mau?
.
Makanya sekarang saya juga paham kenapa blackberry malah buka pabrik di negara tetangga, dan bukan di negara kita, meskipun market kita nomor 1 di Asia. Itu adalah murni pertimbangan bisnis, bukan masalah suka atau tidak suka. Saya pun kalo sebagai investor, pastinya akan memilih tempat yang memberikan insentif lebih dan system yang lebih mendukung.
.
Kemudian Pak Alwi bercerita tentang bagaimana bobroknya moralitas para pejabat di Indonesia. Jadi katanya pernah ada investor yang ingin berbisnis batubara di Indonesia dan sudah diberikan surat izin oleh bupati di satu daerah tertentu. Saat menjelang hari H dan duit sudah akan mengucur, tiba-tiba izin itu dicabut tanpa alasan yang jelas, lalu oleh sang bupati diberikan kepada pihak lain, (yang sebabnya karena ngasih uang “pelicin” lebih besar). Mirissss…
.
Lalu dalam topik ini Pak Alwi menutupnya dengan berbagi perjalanan kisah hidupnya yang menarik. Beliau bilang, “Ada hikmah dalam setiap kejadian. Terkadang kita aja yang mungkin belum bisa melihatnya. Waktu saya dulu kena reshuffle saat menjabat sebagai Menko Kesra, ternyata hikmahnya baru saya ketahui sekarang. Sekretaris menteri saya yang dulu ternyata sekarang kena kasus oleh KPK dan masuk penjara. Coba kalo saya masih disitu (sebagai menteri), bisa keseret-seret saya meskipun ga tau apa-apa. Alhamdulillah Allah masih sayang sama saya.”
.
Topik 4: Sepakbolaaa
Setelah ngobrol yang berat-berat, lalu pembicaraan diturunkan lagi temponya, dan kita ngobrol yang ringan-ringan, dan yang kali ini dibahas adalah tentang sepakbola! Yak, olahraga sejuta umat, dan ternyata Pak Alwi fasih sangat fasih bicara sepakbola. Dari mulai timnas yang akan berhadapan dengan Qatar di pra-piala dunia 2014 sampai ke Qatar Foundation yang mensponsori Barcelona dan berita mengenai Manchester United sedang dalam negosiasi untuk dibeli oleh Qatar. Obrolannya ringan dan seruuuu!!
.
Topik 5: Perjuangan Hidup Pak Alwi
Nah, ini adalah topik pembicaraan yang paling menarik dan banyak mengandung nilai-nilai kehidupan. Pak Alwi membuka cerita hidupnya dengan mengatakan, “Saya dari SMP sampai selesai kuliah di Mesir ga pernah balik ke Indonesia selama 10 tahun.” Dalam hati saya langsung berkata, “Hahhh?? 10 tahun ga balik?? Busettt.. Beda banget ama gue hehe..” Pak Alwi lalu bertanya, “kamu berapa sering balik ke Indonesia?” sambil nyengir saya jawab, “yaa berapa yaaa, sekitar 4-5 kali dalam setahun Pak hehehe..” Beliau lalu geleng-geleng kepala, gatau deh itu artinya seneng, takjub apa bingung ga percaya.
.
Setelah lulus SMA, beliau melanjutkan S1 ke Universitas Ain Shams di Cairo. Saat liburan musim panas tiba, yang biasanya sekitar 3 bulan, Pak Alwi dan kakaknya (Dr. Quraish Shihab) pergi ke Jerman untuk mencari kerja part-time. Mereka bekerja di pabrik besi, kerja dari pagi sampai malam, bahkan weekend pun bekerja. Saat saya tanya kenapa weekend mau kerja, beliau menjawab, “Ya saya kan masih muda, dan butuh uang juga saat itu, jadi ya tidak ada pilihan lain, harus kerja keras!” Selain bekerja di pabrik besi, Pak Alwi juga mencoba berbisnis mobil bekas yang dibeli di Jerman dan dibawa pulang ke Cairo untuk dijual disana.
.
Singkatnya, Pak Alwi berada di Universitas Ain Shams sampai lulus S2. Setelah lulus, beliau balik ke Indonesia dan mencoba berbisnis. Kali ini dia terpikir untuk menjadi distributor karpet berjenis nobel dari Jerman, karena belum ada satupun di Indonesia. Beliau lalu pergi langsung ke pabriknya di Jerman dan menawarkan diri untuk jadi distributor di Indonesia. Tapi saat itu Pak Alwi tidak punya uang sepeserpun, dan bilang kepada pemiliknya, “Saya ini ga punya uang, tapi saya yakin produk Bapak bisa laku keras di Indonesia. Bapak coba saja kirim dulu 1-2 kontainer, kita coba jual dan setiap ada yang laku akan langsung saya bayar.”
.
Sang pemilik lalu bilang, “Sebetulnya ini sangat beresiko bagi saya, tapi saya melihat muka kamu orang jujur. Baiklah, kita coba.” Alhamdulillah, benar saja, karpet nobel itu laku dan banyak yang beli, dan Pak Alwi pun mulai sukses merintis bisnis sebagai importir karpet nobel. Sukses dengan bisnisnya, Pak Alwi mulai bisa menabung dan dari uang yang dikumpulkan, beliau mencoba usaha baru dengan membuat pabrik gelas. Hampir seluruh uangnya diinvestasikan untuk pembuatan pabrik gelas ini.
.
Namun sayang beribu sayang, bisnis barunya ini tidak selancar bisnis karpet. Karena adanya permainan bisnis yang tidak sehat, distribusi gelas perusahaan Pak Alwi tersendat, sementara produksi harus terus berjalan. Akhirnya, cost terus meningkat sementara pemasukan stagnan, bahkan minus. Dan hasil akhirnya adalah BANGKRUT. Akhirnya seluruh uang yang ditanamkan pun habissss. Dampaknya, bisnis karpet pun berantakan, karena tidak ada uang yang diputar, dan produsen di Jerman pun menyetop kerjasama dengan Pak Alwi. Pak Alwi pun pusing, stress, dan berada di titik terendah dalam hidupnya pada saat itu.
.
Tidak patah semangat, Pak Alwi malah punya cita-cita baru, yaitu pergi ke Amerika Serikat dan melanjutkan sekolah! Karena lagi bangkrut dan ga punya uang, beliau pun tak tahu darimana caranya. Orang tuanya kemudian menyarankan untuk pergi ke ulama kharismatik di Tanggul untuk minta didoakan. Tidak lama setelah didoakan, akhirnya Pak Alwi pun punya kesempatan berangkat ke Amerika melalui bantuan Edo, temannya di sana. Sesampainya di Amerika, Pak Alwi langsung coba mencari sekolah dibantu oleh Edo.
.
Kata Edo, Illinois University buka lowongan untuk master, bayar di semester awal aja, kalo nilai bagus nanti semester 2 dst bisa dapet beasiswa. Pak Alwi pun langsung semangat mendengar berita ini. Tapi karena duit blom cukup, Pak Alwi kemudian kerja di Greyhound Terminal, kerjanya serabutan aja, dari tukang cuci piring sampe jadi kasir juga pernah. Setelah duit terkumpul dan cukup untuk membayar uang masuk serta belajar 1 semester, Pak Alwi pun mendaftarkan diri di Illinois University. Selesai 1 semester, dan Alhamdulillah hasilnya memuaskan dan Pak Alwi bisa mendaftarkan diri untuk dapat beasiswa.
.
Tapi sayang kenyataan berkata lain. Saat Pak Alwi punya kesempatan untuk dapat beasiswa, tiba-tiba pada tahun itu meletuslah Perang Vietnam, dan terjadi huru-hara hampir di semua negara bagian Amerika Serikat. Kampus Illinois pun tutup selama 7 bulan lamanya. Di bulan kedua, Pak Alwi sudah tidak mampu bertahan karena duitnya makin menipisss. Akhirnya, diputuskan untuk balik ke tanah air, karena kondisi di sana pun tidak jelas. Pak Alwi kembali down, dan melaporkan hal ini kepada orang tua nya. Namun kedua orang tuanya tetap menyemangati beliau. Pak Alwi pun bertekad dalam hati, “One day I will come back to this place!”
.
Lagi dan lagi, Pak Alwi tidak menyerah. Beliau terpikir untuk masuk kembali ke dunia bisnis. Kali ini sasaran yang dituju adalah ke Arab Saudi, untuk bertemu temannya yang kaya raya bernama Umar Kamil. Saat tiba di Saudi, Pak Alwi menceritakan pengalaman hidupnya dan jatuh bangun kegagalannya. Umar Kamil yang mendengar hal tersebut pun langsung ingin membantu Pak Alwi, dan diberikanlah proyek konstruksi ratusan ribu dollar untuk Pak Alwi. Saat ini, kembali bisnisnya jalan, sukses, lalu di Saudi juga menemukan tambatan hati alias istri.
.
Kondisinya saat ini keuangan sudah stabil dan baik. Setelah merasa kehidupan finansialnya sudah tercukupi, hatinya kembali terpanggil untuk kembali ke dunia akademik, kali ini yang dituju adalah S3 di Universitas Al-Azhar, Cairo. Tapi Pak Alwi bertanya dalam hati, “Apa iya saya masih mampu sekolah? Kan sudah 10 tahun saya meninggalkan dunia akademik.” Akhirnya beliau mencoba melihat teman-temannya yang siding thesis S3 di Universitas Al-Azhar Cairo. Setelah menimbang-nimbang kemampuan diri, akhirnya beliau mantap ingin mengambil S3.
.
Namun ternyata tidak semudah itu. Pihak kampus tidak mengizinkan Pak Alwi dengan mudah, tapi harus diuji terlebih dahulu, karena beliau sudah lebih dari 10 tahun meninggalkan dunia akademik. Pak Alwi harus membuktikan skill bahasa arab dan pengetahuannya, apa memang benar sanggup kembali ke dunia akademik. Akhirnya Pak Alwi balik ke Indonesia, mengambil program Drs. di IAIN, dan di akhir studinya membuat skripsi dengan bahasa arab. Setelah berhasil membuktikan, Pak Alwi kembali lagi ke Cairo untuk mengambil program S3 di Al-Azhar University. Kemudian singkatnya, beliau berhasil menyelesaikan program S3. Gelar Doktor pun di tangan.. *tepok tangan dulu ayo semuanya*
.
Tunggu dulu, cerita belum berakhir. Setelah berhasil menyelesaikan program S3 nya, Pak Alwi kembali teringat dengan tekadnya untuk kembali ke Amerika. Beliau ingin kembali mencari kesempatan belajar yang informal saja, dan tempat yang pertama kali dituju adalah Illinois, tempat dulu saat beliau gagal. Saat mau cari kuliah, Pak Alwi malah dapet tawaran mengajar di Hartford, tapi beliau belum pede, akhirnya ditolak tawaran tersebut. Beliau kemudian ditawari lagi untuk ambil S3 di Universitas Temple. Hebat banget ya semangat belajarnya hahaha..
.
Singkat cerita Pak Alwi sudah lulus S3, dan setelah itu langsung mendapat tawaran bergengsi untuk mengajar di Harvard Divinity School di Harvard University! Waktu itu Pak Alwi tidak peduli berapa pun gaji yang diberikan karena sudah merupakan suatu kehormatan bisa mengajar di salah satu universitas terbaik di dunia. Lalu ketika belum setahun, lagi enak-enaknya mengajar, datang tawaran dari Gus Dur, yang saat itu ingin membuat partai baru. Pak Alwi diminta pulang untuk membantu Gus Dur. Antara mau dan tidak mau, karena lagi enak-enaknya ngajar. Tapi akhirnya beliau mau pulang.
.
Tidak lama setelah beliau pulang, saat pemilihan umum tahun 1999 berlangsung, Gus Dur terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia, dan karena hubungan yang sangat dekat, Pak Alwi pun diangkat menjadi Menteri Luar Negeri pada saat itu.
.
Ada hal menarik yang Pak Alwi ceritakan tentang kisahnya yang menjadi menteri. “Dulu itu saya waktu di Amerika jadi ustadz keliling dari satu kampus, kemudian di acara-acara KBRI atau KJRI pasti diundang. Bener-bener ga nyangka, ga nyampe setahun, orang-orang yang dulu manggil saya, sekarang pada jadi bawahan saya semua, karena saya kan jadi Menlu saat itu, dan semua pejabat di KBRI dan KJRI otomatis di bawah saya. Ya begitulah Assad, jika Allah mau mengubah nasib seseorang dalam sekejap. Sangat mudah!”
.
Luar biasa yahh.. I learned lotsss from his success story! Yak, selesai sudah topic pembicaraan kami dengan Pak Alwi. Teman-teman pastinya bisa mengambil sendiri hikmah dan pelajaran yang bisa diambil, yaitu tentang perjuangan, semangat pantang menyerah, dan yang paling penting adalah yakin terhadap kekuasaan Allah Swt dalam setiap langkah.
.
Akhirnya, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam atau sudah 3 jam persis saya dan mas kamal ngobrol bareng Pak Alwi. Kita pun sudah memberi aba-aba akan pamitan. Tapi sebelumnya, saya dan mas kamal juga meminta doa kepada Pak Alwi agar usaha-usaha yang sedang kita kerjakan berjalan lancar, lalu kita tukeran kartu nama dan Alhamdulillah, ada peluang-peluang usaha yang mungkin bisa dilakukan bareng dengan Pak Alwi. Insha Allah.. Inilah salah satu manfaat silaturahmi, yaitu membuka peluang rezeki berdatangan.
.
Dan berikut adalah beberapa foto saat berlangsungnya acara Islamic Finance Conference di Doha yang saya juga berkesempatan hadir mendampingi Pak Alwi Shihab sebagai guest of honour.
.
Baiklah teman-teman semua, sekian laporan berita dari Doha. Nantikan tulisan-tulisan @NotesFromQatar kembali minggu depan.. Salam olahraga!
Hello #NFQ-ers atau mungkin lebih enak disapa sobat #NFQ! Hahaha.. serasa punya fans club. Doha pagi ini terlihat cerah, dan cuaca terasa dingin-dingin empuk, karena dalam masa transisi menuju winter atau musim dingin. Pagi hari ini saya akan berbagi cerita yang sangat menarik, yang mungkin teman-teman sudah bisa menebak dari judulnya. Yes, saya akan berbagi cerita tentang pengalaman saya yang bisa mendapatkan kesempatan ngobrol lama sampai 3 jam dengan seorang tokoh, yang juga sudah saya anggap sebagai guru serta mentor saya, yaitu Dr. Alwi Shihab.
.
Udah pada tau kan siapa beliau? Pak Alwi, begitu biasa saya menyapanya, adalah seorang intelektual muslim, mantan menteri luar negeri (masa Presiden Gus Dur), dan juga mantan menteri koordinator kesejahteraan rakyat (masa Presiden SBY). Sekarang ini beliau dipercaya sebagai utusan khusus presiden untuk kawasan Timur Tengah dan juga aktif sebagai seorang entrepreneur. Kalau dilihat dari perjalanan karir dan pengalaman hidupnya, tentunya banyak sekali ilmu yang bisa “dicuri” dari beliau.
.
Alhamdulillah sekitar minggu lalu, beliau datang ke Doha. Kedatangannya sebetulnya karena diundang untuk hadir sebagai guest of honour (tamu kehormatan) untuk berbicara dalam acara Islamic Finance Conference tanggal 10 Oktober di Doha. Beberapa hari sebelum kedatangan, kami memang sudah berkomunikasi via email dan beliau bilang akan tiba di Doha tanggal 8 Oktober 2011. Setibanya di Doha, Pak Alwi langsung kontak saya, “Assad, saya sudah di Hotel Sheraton kamar 827. Datang ya kita ngobrol-ngobrol.” Saya pun langsung menjawab, “Siaappp Pak!”
.
Segera saya mandi dan langsung meluncur menuju Hotel Sheraton, dan mengajak kawan baik serta partner bisnis saya Mas Kamal. Sesampainya di hotel sekitar jam 6 kurang, karena sudah maghrib, akhirnya kita shalat dulu. Setelah selesai, saya langsung menelpon kamar Pak Alwi dan menunggu beliau turun ke lobby. Pak Alwi pun turun, dengan pakaian batik (samaan kita Pak hehe..) lalu menyapa saya dan mas Kamal dengan ramah. “Halo, apakabar? Sehat?”
.
Pertemuan ini adalah yang ketiga kalinya saya bertemu Pak Alwi di Doha. Pertemuan pertama di KBRI Doha pada tahun 2009 dan yang kedua di Hotel Four Season Doha pada tahun 2010. Tapi kedua pertemuan itu cuma sekedar menyapa dan ngobrol ringan, dan tidak ada waktu banyak untuk bisa ngobrol panjang lebar dan berdiskusi. Alhamdulillah pada sekarang ini saya bisa bertemu dalam suasana yang santai, cair dan bersahabat.
.
Ada banyak hal yang saya bicarakan dengan Pak Alwi, dan setiap topik ada informasi dan ilmu pengetahuan baru yang didapat. Penasaran apa saja? Here we goo!
.
Ngobrol Part 1: Life in Qatar
Setelah duduk di lobby dan terlihat posisinya udah enak alias pewe, saya memberikan beliau buku @NotesFromQatar, sebagai ucapan terima kasih juga, karena beliau salah satu orang yang memberikan testimoni di buku tersebut. Lalu Pak Alwi nanya, “Gimana penjualan buku ini?” Saya jawab, “Alhamdulillah sudah national bestseller di Indonesia Pak, naik cetakan ke-7.”
.
Pak Alwi pun memberikan ucapan selamat dan terlihat senang saat menerima buku @NotesFromQatar. Setelah itu obrolan dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan ringan tentang kehidupan di Qatar, seperti kapan saya lulus kuliah, pergi kemana kalau weekend, mana tempat-tempat baru di Doha yang menarik dikunjungi, dan nanya juga saya sudah nikah apa blum hehehe…
.
Ngobrol Part 2: Hukum Qishash
Pembicaraan lalu makin menarik saat ngobrol tentang serba serbi dan lika-liku dunia arab, terutama yang berhubungan dengan para TKI dan TKW. Seperti yang kita ketahui bersama, akhir-akhir ini pemberitaan tentang hal ini lagi heboh-hebohnya, karena salah satu TKW kita baru saja dihukum pancung di Arab Saudi. Perasaan kita semakin berkecamuk saat mengetahui bahwa salah satu universitas top di negeri ini malah memberikan gelar Doctor Honoris Causa kepada Raja Arab Saudi. Sontak seluruh rakyat Indonesia marah karena merasa sang raja sendiri tidak membela para TKW kita di sana. Saya pun saat itu sangat kesal.
.
Tapi ternyata, banyak hal yang sebetulnya tidak kita ketahui, dan saya pun baru tahu saat bertemu dengan Pak Alwi. Beliau menjelaskan, banyak orang yang tidak mengerti tentang hukum di Arab Saudi, terutama mengenai hukum qishash. Selama ini, kata beliau, kita selalu menyalahkan Arab Saudi, dalam hal ini pemerintah, yang seolah-olah tidak berbuat apa-apa dan membiarkan masyarakat kita terbunuh di sana.
.
Saat ada seseorang yang membunuh, maka hukuman yang berlaku di Arab Saudi adalah hukum Islam yaitu qishash, yaitu harus dibalas setimpal dengan perbuatan yang dilakukan, dalam hal ini sang pembunuh harus dibunuh juga. Hal ini sudah tertera di dalam Al-Qur’an, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu menjalankan hukum qishash pada orang-orang yang terbunuh..” (QS. Al-Baqarah [2]: 178).
.
Nah, di sini poin yang mungkin banyak dari kita tidak tahu. Dalam hal menjalankan hukuman ini, seorang Raja sekalipun, TIDAK MEMPUNYAI HAK / WEWENANG sedikitpun untuk membatalkan hukuman ini. Karena itu adalah HAK bagi keluarga yang terbunuh. Raja hanya bisa menghimbau agar sang keluarga yang terbunuh memaafkan sang pembunuh. Namun jika keluarganya tidak memaafkan dan tetap menuntut hukuman qishash, maka seorang raja pun tidak bisa membatalkannya. Inilah bentuk keadilan dalam Islam.
.
Bahkan justru Raja, dalam hal ini pemerintah, telah berusaha agar setiap hukuman qishash tidak jadi berlaku. Dari mulai membuat proses persidangan yang sengaja diperlama dan memakan waktu bertahun-tahun. Pak Alwi menjelaskan, untuk sampai kepada putusan hukum mati, seorang terdakwa harus melewati 3 kali persidangan, dan jika di salah satu persidangan ada salah satu dari 5 hakim yang tidak setuju, maka hukuman qishash dibatalkan. See, betapa panjang dan berlikunya bukan?
.
Selain itu, pemerintah arab Saudi juga telah membuat suatu lembaga konseling bernama Lajna, yang bertugas melobi keluarga terbunuh agar memaafkan. Lajna ini juga tugasnya untuk mencari dana dalam jumlah besar dari para syeikh-syeikh di Arab yang nanti uangnya dipakai sebagai diyat atau penebus yang akan diberikan kepada keluarga terbunuh jika memaafkan. Diyat adalah denda pengganti jiwa (biasanya dalam bentuk materi) kepada keluarga yang dibunuh untuk menggantikan hukum qishash. Diyat dapat diberikan dengan catatan keluarga yang dibunuh memaafkan.
.
Karena dalam Islam pun sudah dijelaskan mengenai hal ini. “Dan diyat wajib diserahkan kepada keluarga (yang dibunuh), kecuali jika mereka (keluarga itu), menyedekahkan (diyat tersebut)..” (QS. An-Nisa [4]: 92)
.
Jadi dalam Islam, hukum qishash bukanlah suatu kewajiban, karena tergantung kepada keluarga korban, apakah memaafkan atau tidak. Saat kelarga korban tidak memaafkan, maka hkum qishash harus dilaksanakan. Namun jika mereka memaafkan, maka pihak pembunuh harus menyerahkan diyat. Namun ada juga beberapa kasus dimana sang keluarga yang dibunuh tidak ingin mengambil diyat tersebut dan malah menyedekahkannya, karena mungkin iman yang kuat dan dia juga mengharapkan ampunan dari Allah Swt.
.
” Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahawa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nur [24]: 22)
.
Bagi orang-orang seperti ini, maka Allah Swt telah menyiapkan pahala yang sangat besar. Seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya, “..Dan barangsiapa yang melepaskan hak qishash-nya, maka itu akan menjadi penebus dosa baginya.” (QS. Al-Maidah [5]: 45)
.
Mungkin ada yang menganggap bahwa hukum qishash itu kejam. Namun ternyata tersimpan hikmah yang sangat besar, yaitu terjaminnya kelangsungan hidup di dunia yang aman dan damai. Seperti dalam Al-Quran, “Dan dalam hukum qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 179)
.
Jadi orang yang akan membunuh atau berbuat jahat lainnya, akan berpikir 1000 kali sebelum melaksanakan kejahatannya. Saya aja denger kata qishash udah merinding hehe.. dan ternyata ini memang benar, saya melakukan sedikit research, dan menurut data, tingkat kriminalitas atau kejahatan terendah di dunia adalah di Negara Arab Saudi dan tertinggi di Amerika Serikat. Subhanallah, memang ternyata hukum buatan Allah Swt adalah yang terbaik.
“…Dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah: 50)
.
Topik 3: Kondisi Indonesia Terkini
Setelah ngobrol tentang masalah luar negeri, lalu kami kembali ke topik dalam negeri. Dari mulai masalah politik yang sedang panas-panasnya, isu reshuffle cabinet, hingga masalah investasi dan ekonomi juga kita bicarakan. Tentang siapa calon presiden di 2014 pun jadi bahan obrolan. Well, untuk masalah politik tidak banyak yang bisa saya kemukakan di sini, karena banyak hal yang off the record alias rahasia hehehe..
.
Baiklah kita beralih ke topik ekonomi dan keuangan saja. Karena saya belajar Islamic Finance, saya tanya ke beliau, “Kenapa pertumbuhan Islamic Finance (ekonomi syariah) di Indonesia masih belum berkembang dengan baik dan banyak investor yang malah lari ke negara tetangga?” Lalu Pak Alwi menjawab, “Investor itu sebetulnya banyak yang mau datang ke Indonesia, cuma sistem kita yang banyak belum bersahabat dengan para investor. Selain itu, mental dan para pejabat kita juga masih banyak yang harus dibenerin.”
.
Kemudian beliau mencontohkan tentang system double taxation atau pajak dobel yang dikenakan untuk investor. Jadi saat uang investor masuk ke dalam pasar dalam negeri, itu dikenakan pajak. Nanti waktu mau buat perusahaan lagi, dikenakan pajak juga. Ya mana ada investor yang mau?
.
Makanya sekarang saya juga paham kenapa blackberry malah buka pabrik di negara tetangga, dan bukan di negara kita, meskipun market kita nomor 1 di Asia. Itu adalah murni pertimbangan bisnis, bukan masalah suka atau tidak suka. Saya pun kalo sebagai investor, pastinya akan memilih tempat yang memberikan insentif lebih dan system yang lebih mendukung.
.
Kemudian Pak Alwi bercerita tentang bagaimana bobroknya moralitas para pejabat di Indonesia. Jadi katanya pernah ada investor yang ingin berbisnis batubara di Indonesia dan sudah diberikan surat izin oleh bupati di satu daerah tertentu. Saat menjelang hari H dan duit sudah akan mengucur, tiba-tiba izin itu dicabut tanpa alasan yang jelas, lalu oleh sang bupati diberikan kepada pihak lain, (yang sebabnya karena ngasih uang “pelicin” lebih besar). Mirissss…
.
Lalu dalam topik ini Pak Alwi menutupnya dengan berbagi perjalanan kisah hidupnya yang menarik. Beliau bilang, “Ada hikmah dalam setiap kejadian. Terkadang kita aja yang mungkin belum bisa melihatnya. Waktu saya dulu kena reshuffle saat menjabat sebagai Menko Kesra, ternyata hikmahnya baru saya ketahui sekarang. Sekretaris menteri saya yang dulu ternyata sekarang kena kasus oleh KPK dan masuk penjara. Coba kalo saya masih disitu (sebagai menteri), bisa keseret-seret saya meskipun ga tau apa-apa. Alhamdulillah Allah masih sayang sama saya.”
.
Topik 4: Sepakbolaaa
Setelah ngobrol yang berat-berat, lalu pembicaraan diturunkan lagi temponya, dan kita ngobrol yang ringan-ringan, dan yang kali ini dibahas adalah tentang sepakbola! Yak, olahraga sejuta umat, dan ternyata Pak Alwi fasih sangat fasih bicara sepakbola. Dari mulai timnas yang akan berhadapan dengan Qatar di pra-piala dunia 2014 sampai ke Qatar Foundation yang mensponsori Barcelona dan berita mengenai Manchester United sedang dalam negosiasi untuk dibeli oleh Qatar. Obrolannya ringan dan seruuuu!!
.
Topik 5: Perjuangan Hidup Pak Alwi
Nah, ini adalah topik pembicaraan yang paling menarik dan banyak mengandung nilai-nilai kehidupan. Pak Alwi membuka cerita hidupnya dengan mengatakan, “Saya dari SMP sampai selesai kuliah di Mesir ga pernah balik ke Indonesia selama 10 tahun.” Dalam hati saya langsung berkata, “Hahhh?? 10 tahun ga balik?? Busettt.. Beda banget ama gue hehe..” Pak Alwi lalu bertanya, “kamu berapa sering balik ke Indonesia?” sambil nyengir saya jawab, “yaa berapa yaaa, sekitar 4-5 kali dalam setahun Pak hehehe..” Beliau lalu geleng-geleng kepala, gatau deh itu artinya seneng, takjub apa bingung ga percaya.
.
Setelah lulus SMA, beliau melanjutkan S1 ke Universitas Ain Shams di Cairo. Saat liburan musim panas tiba, yang biasanya sekitar 3 bulan, Pak Alwi dan kakaknya (Dr. Quraish Shihab) pergi ke Jerman untuk mencari kerja part-time. Mereka bekerja di pabrik besi, kerja dari pagi sampai malam, bahkan weekend pun bekerja. Saat saya tanya kenapa weekend mau kerja, beliau menjawab, “Ya saya kan masih muda, dan butuh uang juga saat itu, jadi ya tidak ada pilihan lain, harus kerja keras!” Selain bekerja di pabrik besi, Pak Alwi juga mencoba berbisnis mobil bekas yang dibeli di Jerman dan dibawa pulang ke Cairo untuk dijual disana.
.
Singkatnya, Pak Alwi berada di Universitas Ain Shams sampai lulus S2. Setelah lulus, beliau balik ke Indonesia dan mencoba berbisnis. Kali ini dia terpikir untuk menjadi distributor karpet berjenis nobel dari Jerman, karena belum ada satupun di Indonesia. Beliau lalu pergi langsung ke pabriknya di Jerman dan menawarkan diri untuk jadi distributor di Indonesia. Tapi saat itu Pak Alwi tidak punya uang sepeserpun, dan bilang kepada pemiliknya, “Saya ini ga punya uang, tapi saya yakin produk Bapak bisa laku keras di Indonesia. Bapak coba saja kirim dulu 1-2 kontainer, kita coba jual dan setiap ada yang laku akan langsung saya bayar.”
.
Sang pemilik lalu bilang, “Sebetulnya ini sangat beresiko bagi saya, tapi saya melihat muka kamu orang jujur. Baiklah, kita coba.” Alhamdulillah, benar saja, karpet nobel itu laku dan banyak yang beli, dan Pak Alwi pun mulai sukses merintis bisnis sebagai importir karpet nobel. Sukses dengan bisnisnya, Pak Alwi mulai bisa menabung dan dari uang yang dikumpulkan, beliau mencoba usaha baru dengan membuat pabrik gelas. Hampir seluruh uangnya diinvestasikan untuk pembuatan pabrik gelas ini.
.
Namun sayang beribu sayang, bisnis barunya ini tidak selancar bisnis karpet. Karena adanya permainan bisnis yang tidak sehat, distribusi gelas perusahaan Pak Alwi tersendat, sementara produksi harus terus berjalan. Akhirnya, cost terus meningkat sementara pemasukan stagnan, bahkan minus. Dan hasil akhirnya adalah BANGKRUT. Akhirnya seluruh uang yang ditanamkan pun habissss. Dampaknya, bisnis karpet pun berantakan, karena tidak ada uang yang diputar, dan produsen di Jerman pun menyetop kerjasama dengan Pak Alwi. Pak Alwi pun pusing, stress, dan berada di titik terendah dalam hidupnya pada saat itu.
.
Tidak patah semangat, Pak Alwi malah punya cita-cita baru, yaitu pergi ke Amerika Serikat dan melanjutkan sekolah! Karena lagi bangkrut dan ga punya uang, beliau pun tak tahu darimana caranya. Orang tuanya kemudian menyarankan untuk pergi ke ulama kharismatik di Tanggul untuk minta didoakan. Tidak lama setelah didoakan, akhirnya Pak Alwi pun punya kesempatan berangkat ke Amerika melalui bantuan Edo, temannya di sana. Sesampainya di Amerika, Pak Alwi langsung coba mencari sekolah dibantu oleh Edo.
.
Kata Edo, Illinois University buka lowongan untuk master, bayar di semester awal aja, kalo nilai bagus nanti semester 2 dst bisa dapet beasiswa. Pak Alwi pun langsung semangat mendengar berita ini. Tapi karena duit blom cukup, Pak Alwi kemudian kerja di Greyhound Terminal, kerjanya serabutan aja, dari tukang cuci piring sampe jadi kasir juga pernah. Setelah duit terkumpul dan cukup untuk membayar uang masuk serta belajar 1 semester, Pak Alwi pun mendaftarkan diri di Illinois University. Selesai 1 semester, dan Alhamdulillah hasilnya memuaskan dan Pak Alwi bisa mendaftarkan diri untuk dapat beasiswa.
.
Tapi sayang kenyataan berkata lain. Saat Pak Alwi punya kesempatan untuk dapat beasiswa, tiba-tiba pada tahun itu meletuslah Perang Vietnam, dan terjadi huru-hara hampir di semua negara bagian Amerika Serikat. Kampus Illinois pun tutup selama 7 bulan lamanya. Di bulan kedua, Pak Alwi sudah tidak mampu bertahan karena duitnya makin menipisss. Akhirnya, diputuskan untuk balik ke tanah air, karena kondisi di sana pun tidak jelas. Pak Alwi kembali down, dan melaporkan hal ini kepada orang tua nya. Namun kedua orang tuanya tetap menyemangati beliau. Pak Alwi pun bertekad dalam hati, “One day I will come back to this place!”
.
Lagi dan lagi, Pak Alwi tidak menyerah. Beliau terpikir untuk masuk kembali ke dunia bisnis. Kali ini sasaran yang dituju adalah ke Arab Saudi, untuk bertemu temannya yang kaya raya bernama Umar Kamil. Saat tiba di Saudi, Pak Alwi menceritakan pengalaman hidupnya dan jatuh bangun kegagalannya. Umar Kamil yang mendengar hal tersebut pun langsung ingin membantu Pak Alwi, dan diberikanlah proyek konstruksi ratusan ribu dollar untuk Pak Alwi. Saat ini, kembali bisnisnya jalan, sukses, lalu di Saudi juga menemukan tambatan hati alias istri.
.
Kondisinya saat ini keuangan sudah stabil dan baik. Setelah merasa kehidupan finansialnya sudah tercukupi, hatinya kembali terpanggil untuk kembali ke dunia akademik, kali ini yang dituju adalah S3 di Universitas Al-Azhar, Cairo. Tapi Pak Alwi bertanya dalam hati, “Apa iya saya masih mampu sekolah? Kan sudah 10 tahun saya meninggalkan dunia akademik.” Akhirnya beliau mencoba melihat teman-temannya yang siding thesis S3 di Universitas Al-Azhar Cairo. Setelah menimbang-nimbang kemampuan diri, akhirnya beliau mantap ingin mengambil S3.
.
Namun ternyata tidak semudah itu. Pihak kampus tidak mengizinkan Pak Alwi dengan mudah, tapi harus diuji terlebih dahulu, karena beliau sudah lebih dari 10 tahun meninggalkan dunia akademik. Pak Alwi harus membuktikan skill bahasa arab dan pengetahuannya, apa memang benar sanggup kembali ke dunia akademik. Akhirnya Pak Alwi balik ke Indonesia, mengambil program Drs. di IAIN, dan di akhir studinya membuat skripsi dengan bahasa arab. Setelah berhasil membuktikan, Pak Alwi kembali lagi ke Cairo untuk mengambil program S3 di Al-Azhar University. Kemudian singkatnya, beliau berhasil menyelesaikan program S3. Gelar Doktor pun di tangan.. *tepok tangan dulu ayo semuanya*
.
Tunggu dulu, cerita belum berakhir. Setelah berhasil menyelesaikan program S3 nya, Pak Alwi kembali teringat dengan tekadnya untuk kembali ke Amerika. Beliau ingin kembali mencari kesempatan belajar yang informal saja, dan tempat yang pertama kali dituju adalah Illinois, tempat dulu saat beliau gagal. Saat mau cari kuliah, Pak Alwi malah dapet tawaran mengajar di Hartford, tapi beliau belum pede, akhirnya ditolak tawaran tersebut. Beliau kemudian ditawari lagi untuk ambil S3 di Universitas Temple. Hebat banget ya semangat belajarnya hahaha..
.
Singkat cerita Pak Alwi sudah lulus S3, dan setelah itu langsung mendapat tawaran bergengsi untuk mengajar di Harvard Divinity School di Harvard University! Waktu itu Pak Alwi tidak peduli berapa pun gaji yang diberikan karena sudah merupakan suatu kehormatan bisa mengajar di salah satu universitas terbaik di dunia. Lalu ketika belum setahun, lagi enak-enaknya mengajar, datang tawaran dari Gus Dur, yang saat itu ingin membuat partai baru. Pak Alwi diminta pulang untuk membantu Gus Dur. Antara mau dan tidak mau, karena lagi enak-enaknya ngajar. Tapi akhirnya beliau mau pulang.
.
Tidak lama setelah beliau pulang, saat pemilihan umum tahun 1999 berlangsung, Gus Dur terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia, dan karena hubungan yang sangat dekat, Pak Alwi pun diangkat menjadi Menteri Luar Negeri pada saat itu.
.
Ada hal menarik yang Pak Alwi ceritakan tentang kisahnya yang menjadi menteri. “Dulu itu saya waktu di Amerika jadi ustadz keliling dari satu kampus, kemudian di acara-acara KBRI atau KJRI pasti diundang. Bener-bener ga nyangka, ga nyampe setahun, orang-orang yang dulu manggil saya, sekarang pada jadi bawahan saya semua, karena saya kan jadi Menlu saat itu, dan semua pejabat di KBRI dan KJRI otomatis di bawah saya. Ya begitulah Assad, jika Allah mau mengubah nasib seseorang dalam sekejap. Sangat mudah!”
.
Luar biasa yahh.. I learned lotsss from his success story! Yak, selesai sudah topic pembicaraan kami dengan Pak Alwi. Teman-teman pastinya bisa mengambil sendiri hikmah dan pelajaran yang bisa diambil, yaitu tentang perjuangan, semangat pantang menyerah, dan yang paling penting adalah yakin terhadap kekuasaan Allah Swt dalam setiap langkah.
.
Akhirnya, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam atau sudah 3 jam persis saya dan mas kamal ngobrol bareng Pak Alwi. Kita pun sudah memberi aba-aba akan pamitan. Tapi sebelumnya, saya dan mas kamal juga meminta doa kepada Pak Alwi agar usaha-usaha yang sedang kita kerjakan berjalan lancar, lalu kita tukeran kartu nama dan Alhamdulillah, ada peluang-peluang usaha yang mungkin bisa dilakukan bareng dengan Pak Alwi. Insha Allah.. Inilah salah satu manfaat silaturahmi, yaitu membuka peluang rezeki berdatangan.
.
Dan berikut adalah beberapa foto saat berlangsungnya acara Islamic Finance Conference di Doha yang saya juga berkesempatan hadir mendampingi Pak Alwi Shihab sebagai guest of honour.
.
Baiklah teman-teman semua, sekian laporan berita dari Doha. Nantikan tulisan-tulisan @NotesFromQatar kembali minggu depan.. Salam olahraga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar