Sejarah mencatat bahwa keberjalanan Pramuka selama hampir 50 tahun di negeri ini meninggalkan jejak positif, utamanya dalam kegiatan- kegiatan sosial. Berbagai macam saka yang dibina oleh masing- masing pamong saka seperti saka wanabhakti, saka bhakti husada, saka bhayangkara serta saka taruna bhumi berhasil mewadahi hobi positif masing- masing anggota saka untuk turut serta melakukan pengabdian dalam masyarakat. Gerakan sosial dalam Pramuka adalah gerakan yang paling idealis di negeri ini. Semuanya dilakukan tanpa tendensi apapun. Pramuka tidak mengharapkan imbalan dan belas kasih dari siapapun kecuali dari Tuhan Yang Maha Esa. Gerakan Pramuka tidak dipengaruhi tekanan dari pihak manapun kecuali berniat untuk mempersembahkan warga Negara Indonesia yang ber- Pancasila, berwatak luhur, cerdas, trampil, kuat dan sehat serta mampu menyelenggarakan pembangunan sebagaimana tersarikan dari Anggaran Dasar Gerakan Pramuka Bab II Pasal 4.
Jauh sebelum wacana isu pendidikan karakter di dengungkan Pemerintah selama tiga tahun terakhir ini, gerakan pramuka sejak dahulu sebenarnya telah mengemban amanah itu serta siap berdiri di garda terdepan dalam pembentukan karakter bangsa Indonesia. Organisasi pramuka di sekolah memiliki peran strategis dalam membina mental dan ideologi anak bangsa dikarenakan menjadi satu- satunya kegiatan ekstrakurikuler yang diwajibkan.
Kepramukaan sebagai suatu proses atau kegiatan pendidikan mempunyai tiga fungsi yaitu permainan, pengabdian dan alat. Sebagai permainan tidak berarti main- main atau tidak beraturan melainkan permainan tersebut mengandung unsur- unsur luhur seperti norma kemasyarakatan, disiplin, kegotongroyongan serta kesukarelaan. Gerakan pengabdian pramuka selalu berlandaskan ketaqwaan terhadap Tuhan YME, dedikasi serta kejujuran dan sportivitas. Sedangkan sebagai alat, maka kepramukaan sebagai proses kegiatan Pendidikan merupakan alat bagi masyarakat untuk mencapai sasaran dan tujuan yang menjadi cita- cita masyarakat. Menilik ketiga fungsi adiluhung tersebut tidak berlebihan jika Pemerintah seharusnya member perhatian yang lebih bagi geliat gerakan Pramuka Indonesia.
Namun, Kepramukaan di negeri ini kerapkali mengalami hambatan eksternal maupun internal. Hambatan eksternal misalnya, pada praktek lapangan, seringkali masyarakat menemukan penyimpangan- penyimpangan utamanya pada kegiatan tingkat penggalang atau penegak di Gugus Depan masing- masing. Orang tua menjadi enggan mengizinkan anak mereka aktif di kegiatan kepramukaan karena pendapat publik yang menyatakan bahwa aktifis pramuka cenderung akan turun prestasi akademiknya di sekolah. Hal diatas dapat dihindari apabila Pembina masing- masing Gudep memberikan perhatian dan pengawasan yang lebih dalam setiap kegiatan kepramukaan.
Hambatan internal merupakan hambatan yang paling berbahaya adalah ketika anggota pramuka tidak lagi menganggap kegiatan Pramuka sebagai kegiatan yang menarik dan memberi manfaat. Seiring dengan internet yang menjadi revolusi media kedua setelah mesin cetak Guttenberg dan ketiga setelah kehadiran televisi, generasi muda terjebak dengan hidup yang serba praktis dan cenderung malas. Generasi muda sekarang yang lebih suka berlama- lama duduk di depan komputer, berselancar di dunia maya untuk mendapatkan informasi atau sekedar bermain- main dengan situs jejaring sosial mungkin merasa jenuh dengan dominasi kegiatan pramuka yang sering membuat lelah dan penat. Seseorang yang tersesat di jalan pada masa kini misalnya, tidak akan mungkin untuk mengimplementasikan sandi morse. Generasi muda yang lebih update terhadap seri terbaru game online akan mengalami logika terbalik jika dihadapkan dengan permainan Pembina Gugus Depan yang menurut mereka kurang menarik. Revitalisasi kurikulum kepramukaan menjadi isu utama yang harus segera diselesaikan.
Indonesia masa kini bukan lagi zaman perang melawan penjajah ataupun berjuang untuk meruntuhkan rezim orde baru. Reformasi telah banyak menghadirkan perubahan yang structural, substansial maupun cultural dalam lingkup pemerintahan Indonesia. Kegiatan pramuka yang konvensional dan tidak sesuai dengan waktu dan kondisi harus diperbaharui dengan ide- ide terhadap kegiatan yang diperlukan masyarakat masa kini.
Combine atau singkatan dari Collaborative Management, Branding and network adalah sebuah strategi inovasi kegiatan kepramukaan di era globalisasi. Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat. Sehingga Collaborative management berarti revitalisasi kegiatan Kepramukaan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak seperti Pemerintah sebagai pelindung utama, Kwartir Nasional, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang dan seterusnya. Wacana untuk membentuk Gugus Depan berbasis komunitas mengakibatkan Pramuka juga membutuhkan dukungan sepenuhnya dari Pemerintah Daerah dan seluruh elemen masyarakat yang tergabung dalam MABISA (Majelis Pembimbing Desa Gerakan Pramuka) untuk melancarkan sosialisasi kegiatan kepramukaan. Semakin banyak satuan karya bermuncula berarti pembentukan karakter nasional akan semakin terbangun.
Strategi selanjutnya adalah Branding (Pemberian Merk). Maksudnya, gerakan Pramuka perlu mendelarasikan eksistensinya kembali baik secara inward (ke dalam) maupun outward (keluar). Strategi inward dapat dilakukan dengan inovasi produk- produk kegiatan Pramuka. Misalnya, pramuka memberi kesempatan yang seluas- luasnya kepada anggota untuk memilih kegiatan apa yang mereka sukai tetapi tetap dalam wadah kepramukaan. Misalnya terbentuknya komunitas penulis, komunitas blogger, dan komunitas penggiat handmade. Dalam transfer materi kepramukaan yang sebagian besar adalah tentang pendidikan karakter, Pembina pramuka harus menyampaikan materi secara menarik dengan konsep audiovisual dengan fasilitas pendukung kelas yang memadai misalnya, tidak ceramah di lapangan saja hingga anggota mengantuk seperti yang biasa dilaksanakan di Gugus Depan hingga saat ini.
Strategi branding outward (keluar) berarti Pramuka harus mengembalikan kepercayaan masyarakat dan menarik simpati masyarakat melalui pengabdian nyata yang unik. Seperti yang telah dilakukan oleh Ambalan Bung Karno dan Raden Ajeng Kartini Pangkalan SMA Negeri 1 Blora misalnya, anggota melaksanakan sholat jum’at di Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Blora berjama’ah dengan para napi. Disitu para anggota bersemangat karena merasa penasaran dengan keadaan di dalam LP. Para anggota belajar banyak hal tentang kesalahan para napi serta efek jera dari kesalahan yang mereka perbuat. Para anggota juga membagi- bagikan snack sehingga para napi merasa senang. Hal ini telah dijadikan sebagai agenda tahunan. Hal lain dapat dilakukan seperti berkunjung langsung ke sentra- sentra pembuatan batik, media massa cetak, sentra kebudayaan lokal dan intensifikasi kegiatan bakti sosial dan penyuluhan yang menjunjung tinggi prinsip partisipatif mandiri masyarakat.
Selanjutnya, strategi apapun tidak akan berarti tanpa adanya network (jaringan) yang baik. Kehadiran internet membuka kesempatan seluas- luasnya bagi para anggota pramuka untuk mengembangkan jaringan dengan siapapun dan darimanapun. Hal ini dapat diwadahi dengan adanya Forum Online untuk diskusi antar satuan melalui media blog bahkan facebook sehingga anggota dapat berdiskusi sekaligus memenuhi kebutuhan aktualisasi diri.
Tidak ada hal yang tidak berubah di dunia ini selain perubahan itu sendiri. Begitupun kegiatan Pramuka yang memiliki peran strategis terhadap pembentukan karakter bangsa yang telah bobrok pada setiap lini. Negeri yang terbuai dalam ayunan korupsi dan budaya merasa benar sendiri harus segera dibangunkan oleh sedikit masyarakat yang masih sadar. Mental disiplin yang menjadi produk unggulan Pramuka harus mengejawantah dalam inovasi yang mengikuti perkembangan zaman sehingga dapat terus eksis menjaga bangsa dan negeri ini, Indonesia pusaka. Salam Pramuka!
*Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta
Staff Divisi Research UKM Studi Ilmiah Mahasiswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar